Ada harapan besar dihatinya jika saat setelah ia bertemu dengan ayah dan ibu Andra maka lelaki itu akan segera memperjelas hubungan mereka, namun lagi – lagi itu hanyalah sebuah harapan kosong yang tidak terwujud, bahkan sudah selama ini. Pikiran – pikiran positif yang berusaha ia buat sudah tidak bisa lagi memenuhi pikirannya. Pernah di suatu hari ia dengan yakin memutuskan untuk berhenti menemui Andra, namun ia terlalu lemah untuk bisa jauh dari semua perhatian dan pesona Andra yang sudah melekat dalam benaknya. Tentu saja hal itu membuat gadis itu bimbang dan menarik kembali keputusannya. Namun sampai kapan ia bisa bertahan dengan hubungan yang tidak jelas? Bahkan ia tidak bisa dengan bangga berkata pada orang – orang jika Andra adalah kekasihnya, karena kenyataan berkata bahwa mereka bukanlah sepasang kekasih. Mereka hanyalah dua insan yang saling dekat tanpa status apapun, dan bodohnya Qirana masih bertahan tanpa mengetahui alasan yang jelas dari semua ketidak jelasan hubungannya itu.
Ada di suatu waktu dimana seorang lelaki tampan mencoba untuk mendekati Qirana disaat ia sedang lelah menunggu kejelasan yang tak kunjung diberikan oleh Andra. Mungkin saja lelaki tersebut jauh lebih dapat memberikan kejelasan yang diinginkan oleh Qirana dari pada Andra. Namun gadis itu bisa apa? perasaan terlanjur sayang yang begitu besar tidak bisa membuatnya berpaling kepada lelaki manapun.
Ada cerita saat Qirana baru saja meminta kepastian kepada Andra mengenai hubungan mereka berdua, tetapi Andra belum juga bisa memperjelas hubungan mereka berdua, dan di saat itulah Qirana sempat menerima ajakan kencan lelaki lain tepat di depan Andra. Saat itu Qirana melakukan hal tersebut karena mungkin ia sudah terlalu lelah dengan apa yang ia tunggu tanpa memikirkan apa yang sedang Andra perjuangkan. “Hei, malam ini apakah kau memiliki waktu luang? Aku ingin mengajakmu ke suatu restoran yang baru saja buka, tempatnya sangat indah dan makanannya terkenal sangat enak.” Kata Bima. Bima adalah salah satu lelaki yang juga jatuh hati pada Qirana sejak dahulu. Lelaki itu masih berusaha mengejar Qirana walaupun sebenarnya ia tahu bahwa Qirana memiliki perasaan spesial pada Andra. Bagi Bima, selagi status mereka berdua belum jelas, maka tanpa malu ia akan terus mengejar Qirana.
Qirana yang saat itu sedikit terkejut dengan ajakan Bima yang cukup tiba – tiba, terlebih juga di sana ada Andra, bahkan lelaki yang ia cintai itu berada tepat di sampingnya. Tanpa menoleh ke arah Andra, dengan sangat yakin ia menerima ajakan dari Bima “baiklah, kau tau rumahku kan? nanti kabari saja jika kau akan menjemputku.” Dengan perasaan senang Bima mengangguk dan meninggalkan mereka berdua. Andra menoleh ke arah Qirana dengan tatapan sendu namun masih berusaha untuk tersenyum, ia berkata “jangan lupa jaketmu saat keluar nanti, jangan pulang terlalu malam, hubungi aku setelah kau sudah sampai di rumah.” Lalu Andra menepuk lembut puncak kepala Qirana dengan penuh kasih sayang.
Malam hari pun tiba, Qirana tetap melanjutkan niatnya yaitu untuk keluar bersama dengan Bima, terlebih lagi ia juga sudah berjanji kepada Bima. Ia sengaja mengenakan dress berwana putih tulang pemberian dari Andra. Ia memiliki pikiran bahwa mungkin saja ini jalan untuk melupakan Andra dan tidak menutup kemungkinan juga ia bisa tiba – tiba merubah perasaannya begitu saja dan menaruh hari kepada Bima.
Bima menjemput Qirana dengan menggunakan mobil sedan berwarna hitam, penampilan Bima juga terlihat sangat tampan dan mempesona. Qirana pun juga sempat terpukau dengan penampilan Bima yang terlihat sangat penuh dengan persiapan. Mereka berdua menikmati hidangan yang terlihat sangat lezat dan juga keindahan pemandangan di restoran tersebut. Restoran tersebut terlihat sangat mewah, serta nuansa romantis juga memenuhi tempat tersebut. Qirana tidak henti memandangi sekitarnya yang penuh dengan sepasang kekasih yang terlihat sangat bahagia. Ia membayangkan andai saja orang yang bersama dengannya saat ini adalah Andra, tapi bahkan hingga saat ini ia belum pernah sekalipun dinner romantis berdua seperti ini bersama dengan Andra.
Gadis itu berusaha terlihat bahagia dan menikmati waktu bersama dengan pria di hadapannya, namun bagaimanapun ia berusaha tetap saja yang memenuhi pikirannya saat ini hanyalah Andra. Ia merasa bahwa waktu bersama dengan Bima terasa berjalan sangat lambat dan melelahkan. Bima terlihat sangat berusaha untuk membuat gadis dihadapannya tersenyum bahagia, namun ia juga sadar bahwa kehadirannya berbeda dengan kehadiran pria yang dicintai Qirana.
Setelah makan malam usai, Bima mempersilahkan Qirana untuk masuk ke dalam mobil, namun Qirana menggelengkan kepalanya sambil berkata “kita pisah di sini saja ya? Aku butuh waktu sendiri untuk memikirkan sesuatu. Aku juga sangat berterimakasih dengan semua yang kau berikan hari ini, aku senang hari ini.” Bima tersenyum dengan perkataan Qirana, tanpa menolak atau berusaha menahan Qirana sedikitpun, ia berkata “kabari aku jika terjadi sesuatu, hati – hati dijalan, dan terimakasih juga untuk hari ini.”
Qirana berjalan sendirian di taman dekat rumahnya, setelah beberapa menit akhirnya ia memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang ada di taman tersebut. Ia memandangi langit gelap sendirian sambil memikirkan entah bagaimana hubungannya akan berjalan nantinya bersama dengan Andra, hingga air mata pun terjatuh dengan sendirinya dari kedua mata gadis cantik itu. Kesedihan memenuhi hati dan pikiran gadis itu, hingga dari belakang seseorang tiba – tiba memasangkan jaket yang cukup tebal pada tubuh gadis itu. Tanpa menoleh pun Qirana sudah bisa menebak siapa seseorang yang menghampirinya, wangi parfum pria yang sangat ia cintai tercium dengan sangat jelas dari jaket yang saat ini terpasang di tubuhnya. Tanpa menoleh ia dapat merasakan bahwa pria itu duduk di sampingnya sambil ikut memandangi langit bersama dengannya.
“Sedang apa kau disini?” Tanya Qirana dengan wajahnya yang masih sendu. “Karena aku memiliki feeling bahwa ada gadis keras kepala yang duduk sendirian di taman tanpa menggunakan jaket di cuaca yang sedang berangin seperti ini.” jawab Andra yang saat ini sudah menolehkan wajahnya ke arah Qirana. “Aku membencimu, aku sangat membencimu.” Kata gadis itu sambil melanjutkan tangisannya. Andra tersenyum tipis dan mendekap erat tubuh Qirana ke dalam pelukannya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Waktu berjalan dengan cepat, dan Andra pun sudah menjadi mahasiswa baru yang cukup sibuk, sedangkan Qirana juga disibukkan dengan persiapan ujian masuk universitas yang akan datang. Kesibukan yang mereka berdua jalani tidak membuat komunikasi antar keduanya terputus maupun membuat hubungannya merenggang. Mereka berdua berusaha keras untuk menyempatkan waktu agar dapat menghabiskan waktu bersama. Qirana juga memiliki keinginan yang cukup kuat untuk dapat masuk dan berkuliah di universitas yang sama dengan Andra. Keinginan kuatnya membuat gadis itu jarang lepas dari buku – buku yang ia pegang. Setiap hari ia duduk terjaga di kursi meja belajarnya untuk mengerjakan berbagai latihan soal untuk persiapan ujian masuk universitas, bahkan ia yang sebelumnya selalu tidur tepat waktu sebelum pukul 10 malam mendadak terjaga hingga hampir tengah malam. Semua perjuangan itu tak lain adalah agar ia bisa lebih sering bertemu dengan lelaki yang sangat ia cintai.
2 bulan sejak Andra menjadi mahasiswa baru di universitas itu pun berjalan dengan cukup lancar, namun beberapa konflik kesalapahaman terjadi padanya dan juga Qirana. Hubungan yang awalnya terlihat sangat harmonis mendadak jadi dingin dan penuh dengan berdebatan. Semuanya berawal dari kegiatan organisasi yang Andra ikuti, saat itu di dalam oraganisasi tersebut Andra berada di satu divisi yang sama dengan seorang gadis se-angkatannya. Dengan begitu hal tersebut mengharuskan Andra untuk terus bertemu gadis itu dan tak jarang juga mereka berdua menghabiskan waktu berdua di luar kampus untuk sekedar berdiskusi. Awalnya memang Andra meminta izin pada Qirana, tetapi karena sadar bahwa Qirana agak terganggu dengan izin yang ia minta maka Andra pun memutuskan untuk berhenti meminta izin pada Qirana. Hal tersebut sebenarnya juga demi kebaikan hubungannya menurut Andra, namun siapa sangka disuatu ketika Qirana melihat sendiri dengan kedua matanya bahwa lelaki yang sangat ia cintai itu sedang berduaan bersama gadis lain di suatu restoran yang cukup romantis.
Gadis yang selalu bersama dengan Andra di kampus bernama Sara, awalnya gadis itu tidak terlihat mencurigakan namun seiring berjalannya waktu ia mulai menunjukkan sikap yang tidak biasa kepada Andra, ya bisa dibilang seperti seorang gadis yang tergila – gila dengan lelaki yang sudah ia targetkan untuk menjadi kekasihnya. Bisa dipastikan Andra hanya menghubungi dan menghabiskan waktu bersama Sara hanya untuk membahas hal – hal yang bersangkutan dengan organisasi, karena ia tidak ingin dipandang sebagai seseorang yang tidak bertanggung jawab hanya karena permasalahan pribadi. Ia juga tidak memiliki pikiran untuk melirik ataupun tertarik dengan gadis lainnya. Andra sadar bahwa perasaan sayangnya pada Qirana sangatlah besar dan ia merasa bahwa hanya Qirana satu – satunya gadis yang ia inginkan nanti setelah semua cita-citanya tercapai.
Suatu ketika saat Qirana baru saja selesai mengikuti kelas bimbel, dan saat itu ia dan juga teman – temannya memutuskan untuk berkunjung ke salah satu restoran terkenal dengan nuansa romantis dan memiliki pemandangan yang indah pada malam hari. Saat awal ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran tersebut, yang ada di pikirannya adalah “aku harus mengunjungi restoran ini berdua dengan Andra, pasti akan sangat romantis.” Beberapa langkah menuju kursi yang sudah ia pesan sebelumnya, ia tanpa sengaja melihat seorang lelaki yang tidak asing berada di sudut meja bersama dengan seorang gadis dan terlihat sedang tertawa bersama. Terkejut? Tentu saja. Qirana tanpa basa basi segera menghampiri meja tersebut, dan ya lelaki yang sudah ia duga adalah Andra terlihat sangat terkejut dengan kehadiran Qirana. “Kau kesini dengan siapa? kenapa tidak bilang?” itu adalah pertanyan pertama yang diajukan Andra setelah melihat Qirana. Tanpa mengatakan apapun, Qirana hanya memberikan kode agar Andra ikut keluar dari restoran itu bersama dengannya. Namun Sara yang sadar dengan gerak gerik Andra yang akan berdiri meninggalkan tempat itu segera mencegah Andra sambil berkata “tunggu!! Memangnya kau siapa? Kau pacar Andra? Kami berdua kesini untuk makan malam dan kau tidak bisa se-enaknya bersikap seperti itu, jika kau kekasihnya sudah pasti Andra berkata padamu terlebih dahulu mengenai rencana kami berdua yang akan makan malam di restoran ini.” kata Sara dengan tegas.
Qirana yang saat itu mendengarkan perkataan Sara juga tidak bisa berbuat apa – apa untuk menepis perkataan itu. Semua yang Sara katakan adalah kebenaran, Qirana bukanlah kekasih dari Andra, dan mereka berdua hanya sepasang insan yang saling menyayangi tanpa kejelasan hubungan apapun. Qirana segera meninggalkan tempat itu dengan langkah kaki yang sangat cepat, ia juga dengan cepat berpamitan dengan teman – temannya. Andra bergegas menyusul gadisnya itu tanpa memedulikan semua yang Sara katakan, dengan cepat ia menarik pergelangan tangan Qirana untuk membuat gadis itu menghentikan langkahnya. “Aku tau aku salah karena tidak mengatakan apapun padamu, harusnya aku izin dulu dan berkata yang sejujurnya. Namun aku hanya tidak ingin kau jadi kepikiran dan akan mengganggu konsentrasimu dalam persiapan ujian. Aku hanya kemari karena kami berdua baru selesai membahas mengenai organisasi dan kebetulan dia berkata bahwa perutnya sangat sakit karena belum makan dari tadi siang. Aku hanya merasa tidak enak dan akhirnya menuruti kemauannya. Hanya sebatas itu percayalah padaku kumohon.” Jelas Andra dengan nada yang lembut dan mencoba sesantai mungkin. Qirana meneteskan air matanya dan membalas perkataan Andra “kak, sebenarnya yang membuat hatiku jauh lebih sakit adalah ketika aku tidak bisa mengelak semua pertanyaan yang gadis itu sampaikan. Semua perkataannya benar, aku bukanlah siapa – siapamu dan aku tidak berhak bersikap seperti tadi.” Saat itu Andra merasa bahwa sikap gadis di hadapannya berbeda dari sebelumnya, Qirana terlihat benar – benar hancur dan terluka. “Kau memang bukan kekasihku, namun kau lebih dari itu untukku. Kau adalah seseorang yang sangat aku kasihi, bahkan perasaanku padamu tidak sebanding dengan status yang kau maksud.” Ucap Andra dalam hati sambil berusaha menenangkan gadis di hadapannya itu. Dengan senyuman masam Qirana berkata “Aapa salahnya untuk memperjelas hubungan kita jika kau memang memiliki tujuan yang jelas bersamaku nantinya. Apa karena perbedaan besar antara kita berdua yang bahkan untukku itu bukanlah suatu masalah, tetapi kau terus goyah dan selalu menghindariku mengenai status yang kita miliki. Kenapa kau tidak melepaskanku saja? Kau justru dengan tega membuatku bertahan dan merasakan luka yang mungkin kau anggap sepele. Aku mungkin akan jauh lebih terluka, namun setidaknya luka itu akan membaik. Aku berhenti! Aku lelah dan aku yang akan melepaskanmu saat ini juga.” Ucap Qirana dengan air mata yang terus menetes dengan deras. Ia dengan cepat melangkahkan kakinya meninggalkan Andra yang hanya terdiam dan juga terlihat meneteskan air mata dari kedua matanya yang terus menatap kepergian Qirana dengan sendu. Andra sangat yakin bahwa perkataan gadisnya kali ini benar – benar serius dan bulat.
Sejak hari itu Andra memang berusaha menghubungi Qirana, namun gadis itu berusaha sebisa mungkin untuk mengabaikan semua pesan maupun panggilan telepon dari lelaki itu. Hingga suatu ketika Andra memutuskan untuk menghampi Qirana di rumahnya, namun hal itu juga sia – sia karena dengan senyuman yang terlukis di wajah Qirana ia berkata “aku tidak pernah menyesali bertemu denganmu, banyak sekali kebahagiaan yang kau berikan untukku. Hanya saja gadismu ini sudah sangat lelah dan membuat keputusan yang menurutnya baik untuknya dan juga untukmu. Aku tau beratnya di posisimu untuk memikirkan hubungan kita berdua yang sangat sulit, jadi aku mohon berhentilah! Bukan hanya untukku, tetapi juga untukmu, jangan membuat dirimu harus memilih sesuatu yang memang tidak akan pernah bisa untuk dipilih. Mari hidup dengan menemukan kebahagiaan masing – masing. Kisah kita akan selalu menjadi kisah indah yang akan tersimpan rapi di memoriku. Kak Andra.”
Dua tahun berlalu, kisah cinta Andra dan Qirana pun juga telah usai, dan mungkin akan berlanjut dengan kisah masing – masing dari keduanya. Qirana juga memutuskan untuk memulai kuliah di universitas yang ada di luar kota, dengan begitu ia benar – benar putus kontak dan tidak pernah bertemu dengan lelaki itu lagi.
Qirana berjalan seorang diri di sebuah taman yang dipenuhi dengan rumput – rumput hijau yang sangat membantu memberikannya udara segar. Ia duduk di salah satu kursi panjang yang ada di taman dengan terus memandangi beberapa anak kecil bersama dengan kedua orang tua anak tersebut, mereka terlihat sangat bahagia dan harmonis. Pandangannya yang terlalu fokus pada satu titik itu membuatnya tidak menyadari bahwa ada seorang lelaki yang berjalan ke arahnya dan duduk tepat di sampingnya sambil berkata “dahulu, bahkan hingga sampai saat ini aku sering membayangkan, dapat membangun keluarga harmonis seperti itu bersamamu kelak…(Tamat/CH)