Ia hanya dapat merasakan seseorang memegang kedua lengannya dan membantunya untuk berdiri perlahan – lahan. “Qirana! Apa kau baik – baik saja?” ucap seseorang di hadapannya. Karena ia merasa tidak asing dengan suara tersebut, ia segera mengangkat kepalanya dan memastikan apakah dugaannya benar. Ya! Benar saja itu adalah Andra, lelaki itu terlihat masuk ke dalam supermarket dan tak lama setelahnya keluar dengan membawa sebotol air mineral yang segera ia bukakan tutup botol air tersebut dan memberikan sebotol air itu pada Qirana. Gadis itu meminum air yang diberikan oleh Andra dengan perlahan – lahan.
Andra memutuskan untuk mengantarkan gadis itu pulang, sebelum pulang Andra mengajak Qirana ke sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari lokasi supermarket. Lelaki itu berharap Qirana bisa menenangkan dirinya setelah musibah kecil yang ia alami di supermarket tadi. Gadis itu terlihat sangat senang saat mengetahui bahwa Andra membawanya untuk mampir ke taman terlebih dahulu. Mereka berdua duduk di bangku yang ada pada pinggir taman. Mereka mengobrol dengan cukup lama, dan tentu saja Qirana masih saja merasa tersipu sesekali, tetapi ia sudah tidak peduli dengan bagaimana Andra mungkin akan mengetahui perasaanya. Banyak sekali obrolan – obrolan kecil yang mereka sampaikan, bahkan Andra juga bercerita saat ia tidak masuk sekolah hampir 1 minggu. Ia juga bertanya mengenai Qirana yang datang ke kalasnya dan mencarinya. Gadis itu jelas sangat – sangat tersipu saat mendengar kata – kata Andra itu. “Ahh iya, aku dengar kau pergi ke kelasku dan bertanya mengenai kebradaanku ya? Apa kau merindukanku?” ucap Andra bercanda dengan sedikit tawa kecil yang ia tunjukkan. Kedua pipi gadis itu terlihat mulai merona kembali, tetapi dengan yakin gadis itu menjawab “iya kak, aku memang cukup merindukanmu saat itu.” seketika Andra menghentikan tawa kecilnya dan beralih menatap Qirana, kemudian ia memberikan senyuman tipis, lalu membelai lembut kepala gadis itu, serta setelah itu Andra mengalihkan pandangannya ke samping berlawanan dengan posisi Qirana, dan saat itulah terlihat wajah Andra yang sangat tersipu dan lelaki itu berusaha untuk menyembunyikannya.
Sejak saat itu Qirana semakin berani untuk memulai obrolan terlebih dahulu saat bertemu dengan Andra, ia juga mengikuti beberapa kegiatan sekolah yang terdapat Andra di dalamnya. Usaha yang gadis itu berikan berbuah dengan sangat manis, mereka berdua semakin dekat dan tak jarang pulang bersama setelah sekolah telah usai. Andra tidak pernah sekalipun absen untuk mengantarkan Qirana pulang ke rumah dengan menggunakan sepeda yang ia miliki. Sebenarnya dihati Qirana, ia memiliki keyakinan yang sangat besar bahwa perasaan yang dirasakan oleh Andra adalah perasaan yang sama seperti yang ia rasakan. Semua berjalan dengan lancar dan indah hingga mereka berdua berada di Sekolah Menengah Atas.
Qirana berjuang dengan sangat keras untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk Sekolah Menengah Atas di sekolah favorit yang juga menjadi tempat Andra menuntut ilmu. Ia sadar bahwa ia tidak sepintar Andra, tetapi demi bisa bersekolah di tempat yang sama dengan Andra ia tidak menyerah untuk terus mempelajari materi – materi yang mungkin terasa sangat sulit untuknya. Andra yang mengetahui keinginan dan usaha Qirana pun tidak tinggal diam, ia cukup sering membantu gadis itu mempersiapkan diri untuk ujian nanti. Sikap yang Andra berikan pada Qirana sebenarnya sudah cukup jelas menunjukkan bahwa lelaki itu memiliki perasaan yang sama dengan Qirana.
Hari pertama Qirana di Sekolah Menengah Atas pun dimulai, dan ya kabar baiknya adalah ia berhasil masuk ke sekolah yang sama dengan lelaki pujaannya itu. Ia sangat yakin bahwa hubungannya dengan Andra akan semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Apalagi saat ini jarak bukan hal yang bisa memisahkan mereka, karena mereka satu sekolah, dan juga jarak rumah mereka hanya membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 15 menit dengan menggunakan motor. Qirana merasa bahwa ia tidak menginginkan lelaki lain untuk mengisi hatinya selain bersama dengan Andra, lelaki asing yang ia temui pertama kali di jalan lewat insiden kecelakaan.
Hubungan yang mereka jalin semakin berkembang, hal itu tentu saja membuat kedua insan tersebut ingin memperkenalkan kepada kedua orang tua mereka. Andra sudah cukup sering bertemu dengan kedua orang tua Qirana, karena hampir setiap hari lelaki itu mengantar jemput Qirana untuk berangkat ke sekolah bersama dan otomatis orang tua Qirana mengenal Andra dengan sangat baik. Berbeda dengan gadis itu yang belum pernah sama sekali bertemu dengan kedua orang tua Andra, dan itu membuatnya sesekali bertanya – tanya pada Andra kira – kira seperti apa ibu dan ayah Andra. Hal tersebut menyadarkan Andra bahwa sudah seharusnya ia memperkenalkan gadis yang juga merupakan seseorang special pada ayah dan ibunya.
Suatu hari saat liburan sekolah datang, bertepatan juga dengan Andra yang akan merayakan tambah usianya. Hal tersebut membuat Andra berfikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuknya memperkenalkan Qirana kepada kedua orang tuanya, sekaligus merayakan ulang tahunnya bersama. Andra mengirimkan pesan kepada Qirana bahwa gadis itu harus segera bersiap – siap, karena Andra akan mengajaknya untuk makan malam sebagai perayaan ulang tahun Andra bersama dengan kedua orang tua Andra. Gadis itu sangat senang ketika mendapat pesan dari Andra yang berbunyi “segeralah bersiap – siap, aku akan menjemputmu 15 menit lagi, ada acara makan malam sebagai perayaan ulang tahunku waktu itu, sekaligus aku ingin memperkenalkanmu dengan kedua orang tuaku.” Ia segera bersiap – siap secantik dan serapi mungkin karena ia berpikir bahwa penampilannya bisa menjadi nilai tambah untuk kedua orang tua Andra. Qirana memutuskan untuk memakai dress sederhana berwarna putih yang terlihat sangat cantik ditubuhnya, ia juga membiarkan rambutnya terurai dengan indah. Setelah ia merasa sudah siap, ia beranjak untuk pergi ke ruang tamu dan menunggu kedatangan Andra.
Tidak membutuhkan waktu lama, mungkin kira – kira sekitar 10 menit gadis itu menunggu kedatangan Andra di ruang tamu yang cukup mewah di rumahnya. Bibi Surti menghampiri Qirana sambil di ikuti oleh Andra di belakangnya. Sekedar informasi, bibi Surti merupakan seorang asisten rumah tangga yang berada di rumah Qirana. Kemudian Andra berpamitan dengan kedua orang tua gadis itu, dan mereka berdua segera melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Andra.
Sesampainya di rumah Andra, rumah yang terlihat sederhana berbeda jauh dengan rumah yang ditinggali oleh Qirana. Gadis itu merasa sangat gugup dan khawatir. “Apa kau gugup?” tanya Andra kepada gadis cantik yang berada tepat disebelahnya itu. “Tentu saja, bagaimana jika ayah dan ibumu tidak memyukaiku?” jawab Qirana sambil menatap kedua mata Andra dan menunjukkan wajah sedihnya. Andra berkata padanya bahwa tidak ada alasan untuk kedua orang tuanya tidak menyukai Qirana. Lelaki itu dengan sangat yakin mengatakan kalimat – kalimat yang membuat Qirana jauh lebih tenang. Qirana dan Andra saling melempar senyuman manis dengan tatapan yang sangat tulus, mereka berdua dengan yakin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Andra.
Saat pintu rumah terbuka, gadis itu dapat melihat kedua orang tua Andra sudah berada di depannya. Mereka menyambut Qirana dengan sangat ramah, senyuman yang tidak hilang dari wajah kedua orang tua Andra membuat gadis itu yakin bahwa semua berjalan dengan lancar. Qirana dipersilahkan untuk duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah Andra, gadis itu juga banyak mengobrol mengenai hal – hal yang sangat menarik dengan ibu Andra. Andra juga merasa sangat bahagia karena kedua orang tuanya terlihat sangat menyukai Qirana.
Saat Andra dan ayahnya izin keluar sebentar untuk membeli beberapa hidangan makan malam, banyak pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh ibu Andra kepada Qirana saat mereka hanya berdua saja di rumah tersebut. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah perihal pendidikan, latar belakang keluarga Qirana, dan juga mengenai keyakinan. Gadis itu menjawab semua pertanyaan dengan santai, karena cara ibu Andra mengajukan pertanyaan pun sangat santai dan ramah. Hal itu membuat Qirana merasa nyaman – nyaman saja saat menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Qirana tahu benar bahwa cukup banyak perbedaan antara dirinya dan juga Andra, tetapi hal tersebut tidak membuatnya berfikir bahwa itu semua bisa mempengaruhi hubungan mereka berdua. Entah gadis itu yang terlalu lugu atau justru kenyataannya ia sebenarnya tau resiko perbedaan yang ada, namun ia hanya berpura – pura yakin bahwa itu semua tidak akan berpengaruh pada hubungannya dengan Andra.
Setelah Andra mengantarkan gadisnya itu pulang ke rumah dengan selamat, ia segera kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah ia segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kamar. Saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat sang ibu sudah duduk di tepi kasurnya. “Ibu ada apa?” Tanya Andra. Wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya itu menepuk pelan kasur di samping tempat ia duduk, mengisyaratkan pada Andra untuk duduk di sampingnya. Andra dengan cepat melangkahkan kakinya dan segera duduk di samping ibunya. “Kau sangat menyukai Qirana ya? Ibu memang sudah bisa melihat dengan jelas perasaanmu padanya, namun ibu hanya ingin memastikan perasaanmu langsung dari dirimu.” Ucap ibu Andra. Sebenarnya itu bukan pertanyaan menakutkan atau pertanyaan yang sulit untuk dijawab, namun entah mengapa saat mendengar pertanyaan tersebut ia merasa bahwa semuanya tidak akan berjalan dengan baik. “Tentu saja aku menyukainya”. Aku tau mungkin pernyataanku ini terasa tidak nyata karena usiaku yang tergolong belum dewasa. Namun aku sangat yakin bu, aku sangat yakin dengan perasaanku.” Jawab Andra. Wanita paruh baya itu menggenggam tangan anak semata wayangnya itu dengan sangat lembut. “Perbedaan yang ada pada kalian berdua sangat besar dan beresiko. Ibu pernah bilang padamu bukan? bahwa kau harus memperhatikan hal itu. Ibu juga tidak ingin mematahkan hatimu, namun menurut Ibu, kau tidak bisa menjadi egois untuk masalah kali ini. Percayalah, Ibu hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua.”
Andra yang mendengar semua penjelasan dari sang ibu hanya dapat tersenyum masam sambil berkata “baiklah Bu”. Ibu Andra tersenyum dan berkata “apapun keputusanmu, Ibu akan selalu ada di sisimu.” Ibu Andra mengusap lembut belakang kepala lelaki itu, dan meninggalkan Andra sendirian di kamar. Tepat setelah sang Ibu keluar dari kamar, saat itulah air mata yang sedari tadi ia bending akhirnya jatuh juga. Ternyata anggapan bahwa semuanya berjalan dengan baik adalah kesalahan, sebelumnya ia tidak pernah berfikir terlalu jauh mengenai perbedaan antara dirinya dan juga Qirana, hingga sampai saat ini akhirnya ia berfikir bahwa perkataan ibunya tidaklah salah.
Sejak hari itu Qirana sering sekali mendapati Andra yang melamun sendirian seakan – akan sedang banyak hal yang lelaki itu pikirkan sendirian. Ia juga beberapa kali bertanya pada Andra mengenai hal berat apa yang sedang ia pikirkan, namun Andra selalu berkata “bukan apa – apa, aku hanya sedang memikirkan universitas mana saja yang akan aku pilih.” Qirana tahu bahwa apa yang dikatakan Andra adalah bohong, tetapi percuma saja sebanyak apapun gadis itu bertanya jawabannya akan tetap sama. Qirana merasa bahwa perubahan sikap Andra adalah setelah hari kedatangannya ke rumah Andra, tetapi ia bingung apa yang membuatnya seperti itu karena menurutnya saat itu berjalan dengan lancar. Respon dari kedua orang tua Andra juga sangat baik. Gadis itu lagi – lagi berusaha untuk berfikir positif dengan semua yang terjadi.
Satu tahun pun berlalu, Andra saat ini sedang sibuk mempersiapkan ujian masuk universitas, entah apa yang dipikirkan oleh lelaki itu. Sejak obrolan dengan ibunya waktu itu, Andra menjadi semakin ambisius dalam mencapai mimpinya. Berbeda dengan Qirana yang masih dengan setia menunggu kejelasan mengenai hubungannya bersama dengan lelaki itu. Ada harapan besar dihatinya jika saat setelah ia bertemu dengan ayah dan ibu Andra maka lelaki itu akan segera memperjelas hubungan mereka, namun lagi – lagi itu hanyalah sebuah harapan kosong yang tidak terwujud, bahkan sudah selama ini… (CH)